Selain faktor kondisi tanah, faktor sosial ekonomi juga menentukan. Petani yang tidak lagi menganggap pertanian sebagai sebuah mata pencaharian yang menguntungkan akan beralih dan meninggalkan lahannya. Perbaikan pola tanam dengan diversifikasi komoditas dan rotasi tanaman
dapat memperkaya jenis sumber penghasilan petani sehingga petani
mendapatkan penghasilan alternatif di luar tanaman utama. Selain itu,
diversifikasi mencegah harga jatuh setelah panen.
Di Yonif 141/AYJP lahan tidur merupakanbagian dari aktivitas bercocok tanam seluruh Prajurit. Pertanian intensif
jarang sekali dilakukan. Sebuah lahan pertanianyang tidak lagi
produktif akan ditinggalkan sehingga menjadi lahan tidur, dan petani
membuka hutan untuk menjadi lahan pertanian baru.
Lahan tidur di atas tanah gambut dapat ditumbuhi semak belukar yang mampu terbakar dengan mudah di musim kemarau. Semak belukar kering dan tanah gambut merupakan dua komponen dari hutan gambut yang sering menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan gambut.
Sebuah lahan yang tidak menghasilkan dalam waktu lama meski terdapat tanaman pertanian di atasnya juga disebut sebagai lahan tidur. Agar tidak terlihat sebagai lahan tidur, pada lahan yang ditanami pohon penghasil kayu dapat dilakukan tumpang sari dengan tanaman pertanian yang cepat menghasilkan.
Menanam di lahan yang tidak begitu luas, mungkin membuat sebagian orang mengernyitkan dahi dan berujar “apa mungkin?” Begitu
juga dengan pandangan masyarakat Kabupaten Muara Enim khususnya yang
menganggap bertani di lahan yg tidak begitu luas tidak akan berhasil. Puluhan tahun
banyak lahan tidur yang tidak termanfaatkan. Dulu warga lebih memilih
membeli sayur dibandingkan dengan menanam sendiri. Namun, perlahan
pandangan masyarakat tentang pertanian mulai berubah. Kini warga
Yonif 141/AYJP mulai optimis melihat tanah kosong bisa dimanfaatkan dan secara ekonomi
lebih menghasilkan.
By. Agus Cahyadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar